INDONESIA:
KEANEKARAGAMAN MARGASATWA
Indonesia terdiri atas sekitar 17.000 pulau, merupakan kepulauan terbesar di dunia, panjang dari barat ke timur terbentang sekitar 5.000 km disepenjang garis katulistiwa, sama dengan jarak New York-San Fransisco, Amerika. Indonesia memiliki kekayaan taru (flora) dan satwa (fauna)yang membuat negeri ini diakui memiliki keragaman-hayati tertinggi di dunia, kekayaan jenis hutan di Indonesia diperkirakan mengandung palem terbanyak di dunia, lebih dari 400 jenis pohon yang bernilai komersil di Asia Tenggara, dan sekitar 25.000 jenis tumbuhan berbunga, keberadaan taru ini menyediakan habitat yang luas untuk margasatwa, terdiri jutaan jenis, mulai invertebrate terkecil sampai dengan herbivore terbesar.
Kekayaan Jenis Margasatwa
Indonesia merupakan Negara yang menduduki peringkat pertam adalam jumlah jenis mamalia di dunia (515 jenis), peringkat pertama untuk kupu-kupu ekor burung (121 jenis), peringkat ketiga untuk reptile (lebih dari 600 jenis)peringkat ke empat untuk burung (1.519 jenis), peringkat kelima untuk amfibi (270 jenis).
Keragaman berhubungan dengan sejarah geologi Nusantara, keragaman satwa endemic prasejarah dibeberapa pulau berkembang secara bebas atau hubungan simbiotik,menimbulkan proses spesiasi yang spesifik, Indonesia memiliki berbagai macam bentuk satwa mulai dari yang khas, aneh bahakan bentuk kehidupan ganjil dibandingkan dengan daerah beriklim sedang. Laut yang memisahkan pulau-pulau membatasi hubungan antara satwa yang jenisnya sama, sehingga seacara berangsur berkembang dengan cara berbeda, menyesuaikan diri pada lingkungan berbeda, mengakibatkan munculnya keberagaman luas satwa dan taru melalui perubahan dan seleksi alam.
Orang Indonesia sejak lama bergantung pada margasatwa melalui berbagai macam kegiatan, antara lain untuk mencari makanan, sumber genetic ( terutama yang sesuai untuk penjinakan) sumber kesenangan-keindahan (misalnya pengumpulan bulu-bulu burung cendrawasih untuk busana adapt) serta sebagai lambing keagamaan dan sumber kekuatan gaib.
Duaribu tahun yang lalu, orang Cina mulai merangsang orang Indonesia membawa cula badak (bagi orang Cina dianggap berkhasiat), bulu burung raja-udang yang dijahit untuk busana dan dibuat perhiasan, serta barang dagangan lain yang berasal dari satwa liar yang membuat orang Cina bersedia membayarnya dengan sutera dan emas dalam julah besar.
A.R. Wallace dan Sejarah Alam di Indonesia
Para pendatang dating dengan rasa ingin tahu secara ilmiah untuk mempelajari kekhasan satea Indonesia. Diantara mereka adalah seorang ahli ilmu alam terbesar dalam sejarah, Alfred Russel Wallace, Ia seorang jenius yang sumbangannya sama banyak dengan orang-orang sezaman dengannya, Charles Darwin yang mencetus teori evolusi hayati. Wallace lebih sebagai ahli biologi lapangan daripada Darwin, dan membuat bebeapa ekspidisi yang lebih lama ke daerah tropis.
Usaha Wallace yang terlama dan ambisius adlah penjelajahan ke Indonesia yang memakan waktu delapan tahun, sejak tahun 1854 sampai 1862. tahun-tahun berikutnya ia mempelajari kumpulan yang sangat banyak, sekitar 25.000 contoh satwa yang ia bawa ke Inggris, termasuk banyak jenis yang pertama kali dicatat, Ia beberapa saat tinggal di Jawa, Sumatra dan Kalimantan, tetapi mencurahkan sebagian besar waktunya untuk penjelajahan bagian timur Nusantara, daerah yang sangat jarang ditembus oleh orang Eropa beberapa ahli ilmu alam mengikuti jejak Wallace antara lain Henry Forbes dan istrinya Anna, catatan terpenting Anna Forbes tentang kehidupannya di Indonesia adalah mengenai cara pandangnya yang merupakan tambahan berharga bagi karya penulis laki-laki mengenai wilayah ini.
Catatan dan Tanggapan Kesejahtraan
Pada umumnya penelitian margasatwa dilakukan dengan menjelajahi dunia melalui pelayaran, dan pendakian, serta pekerjaan sistimatik seperti menguliti,mengisi dan mengawetkan contoh yang dikumpulkan di lapangan.
Abad ke-19 dapat dikatakan sebagai zaman keemasan bagi seni lukis dunia satwa, pada saat itu, kamera belum menjadi teknik utama untuk merekam gambar satwa. Seorang seniman seperti Jhon James Audobon telah merekan gamabar satwa Eropa dan Amerika Utara, suatu usaha penerbitan besar yang dilakukan atas perlindungan raja Belanda, menghasilkan karya luar biasa yang pernah ada untuk melukiskan margasatwa : Varhendelingen over de Naturlijk Geschiedenis der Nederlandsche Overzeeche Bezittingen (sumbangan untuk Sejarah Alam di Daerah kekuasaan Belanda di Luar Negeri) karya C.J.Temminck, dicetak di Leiden antara tahun 1839 dan 1847.
Tidak kurang menariknya mengenai hutan-bentang darat gunung berapi merupakan kerajaan satwa. Seperti gunung api, kebuasan membuat oorang tertarik sekaligus takut. Hindia Belanda abad ke-19 masih terdapat cukup banyak contoh mengenai kebuasan yang mengerikan di hutan harimau dan piton memangsa manusia.
Banyak orang Indonesia menganggap harimau merupakan binatang keramat. Kata “Harimau” tidak boleh disebut ketika berada di hutan. Menurut kepercayaan, apabila hal itu dilanggar kemungkinan sipelanggar akan memperoleh celaka. Tukang tenun dianggap dapat mengubah diri menjadi harimau. Seekor harimau yang memangsa manusia harus dibunuh; pawing harimau dapat menjebaknya agar masuk perangkap. Pawang dipercaya sebagai manusia yang memiliki tenaga gaib.
Jenis lain satwa asli Nusantara berbentuk ganjil dan sangat aneh, seperti babirusa atau burung rangkong.
Bahkan jenis lain satwa menimbulkan keajaiban dan kekaguman karena keindahan dan hamper menyebabkan kepunahan mereka, seperti bulu ekor burung menjadi benda yang sangat diperlukan setelah wanita Eropa memperlihatkan mode pada abad ke-19.
Suatu alat yang sangat penting bagi peneliti alam abad ke-19 adalah senjata. Cerita Wallace selama delapan tahun di Indonesia terkadang terdengar lebih seperti ekspedisi berburu daripada suatu proyek penelitian hayati modern. Cara kerja seperti ini kemudian dianggap biasa, dan banyak menguraikan secara rinci mengenai anatomi penting untuk perumusan teori evolusi yang hanya dapat diungkapkan melalui pembedahan contoh. Bahkan Wallace sudah dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada akhir abad ke-20 mengenai adanya ancaman kepunahan satwa indoneisa yang sangat indah.
Margasatwa Indonesia di Masa Depan
Sekarang pemanfaatan satwa umumnya tidak berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari manusia. Ekowisata telah membuat jenis satwa langka seperti komodo dan badak jawa; atau primate endemic seperti orangutan dan siamang atau burung dilindungi seperti merak, kuau dan maleo menjadi sumber yang berdaya guna menguntungkan secara ekonomi. Ratusan jenis burung, ikan dan reptile diperdagangkan, baik untuk dalam negeri maupun internasional, dan juga sipelihara untuk binatang kesayangan.
Meskipun hubungan antara manusia dan satwa sudah cukup lama, pengetahuan yang luas mengenai jenis yang mempunyai nilai ekonomi penting umumnya masih kurang. Usaha perlindungan seperti hutan lindung, suakamargasatwa dan taman nasional. Lebih banyak penelitian yang perlu segera dilakukan untuk meyakinkan bahwa tindakan ini dilaksanakan dengan cara setepat mungkin. Label: animal, babirusa, Biologi, margasatwa, rangkong, wallacea
0 komentar:
Posting Komentar